Berhala Itu Bernama Budaya Pop
Di zaman goblogisasi dan gombalisasi ini, manusia modern semakin tidak bisa bebas bergerak. Mereka sudah mulai tergantung, lebih tepatnya kecanduan, dengan produk-produk modern yang sebenarnya buatan mereka sendiri. Sebut saja tivi, HP, game, alat-alat kosmetik (khusus para ladies), butik-butik kecantikan, internet, dan sederet produk lainnya. Peran media sangat penting dalam hal ini untuk menciptakan image pasar.
Itulah yang disebut budaya pop, budaya yang kini telah berubah wujud menjadi berhala yang disembah-sembah. Berhala itu kini bukan ditakuti, tapi justru disenangi yang digandrungi menjadi pujaan hati.
Buku ini dilengkapi juga dilengkapi gambar-gambar kartun yang lucu dan gokil, dipersembahkan buat mereka yang suka memlototi tivi. Buat yang suka mencet-mencet HP. Buat yang gandrung ngegame. Buat yang suka nongkrong di mall dan cafe. Buat yang suka bergaya ama feisyen. Buat yang suka bersolek ama alat-alat kosmetik. Buat netters (pecandu internet), serta mereka yang doyan googling dan yang dah jadi anggota Jemaat al-Fesbukiyah.
Buku ini menarik untuk tidak sekedar dibaca, tapi menjadi renungan. Sebuah renungan yang akan membangunkan kita bahwa 'nalar dan kesadaran kritis' memang tak mudah ditidurkan begitu saja. Ridho memancing untuk mengusut keyakinan kita. Nyatanya hidup dalam budaya pop tak sekedar disiasati tapi juga butuh perlawanan tangguh. Ia menjadi salah satu sosok muda yang berusaha untuk membaca dengan 'tafsir baru' atas budaya pop.
- Eko Prasetyo
Penulis Buku Serial Dilarang Miskin
Itulah yang disebut budaya pop, budaya yang kini telah berubah wujud menjadi berhala yang disembah-sembah. Berhala itu kini bukan ditakuti, tapi justru disenangi yang digandrungi menjadi pujaan hati.
Buku ini dilengkapi juga dilengkapi gambar-gambar kartun yang lucu dan gokil, dipersembahkan buat mereka yang suka memlototi tivi. Buat yang suka mencet-mencet HP. Buat yang gandrung ngegame. Buat yang suka nongkrong di mall dan cafe. Buat yang suka bergaya ama feisyen. Buat yang suka bersolek ama alat-alat kosmetik. Buat netters (pecandu internet), serta mereka yang doyan googling dan yang dah jadi anggota Jemaat al-Fesbukiyah.
Buku ini menarik untuk tidak sekedar dibaca, tapi menjadi renungan. Sebuah renungan yang akan membangunkan kita bahwa 'nalar dan kesadaran kritis' memang tak mudah ditidurkan begitu saja. Ridho memancing untuk mengusut keyakinan kita. Nyatanya hidup dalam budaya pop tak sekedar disiasati tapi juga butuh perlawanan tangguh. Ia menjadi salah satu sosok muda yang berusaha untuk membaca dengan 'tafsir baru' atas budaya pop.
- Eko Prasetyo
Penulis Buku Serial Dilarang Miskin
Produk berupa Ebook
Format PDF
Harga Rp.2.000
Komentar
Posting Komentar